Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Persaingan ketat di industri telekomunikasi

Persaingan ketat di industri telekomunikasi selalu diindentikkan dengan perang tarif murah. Dulu mungkin saja, namun kini hal tersebut telah berubah. Salah satu operator PT Axis Telekom Indonesia (Axis) mengungkapkan tidak akan selamanya mengandalkan tariff murah untuk bertahan dari persaingan yang keras di industri telekomunikasi Indonesia.

“Tarif murah itu adalah positioning atau langkah awal dari perseroan untuk masuk ke pasar dimana sudah keras persaingannya. Setelah perusahaan ini mature dan memiliki skala ekonomi yang ideal di industri, pelan-pelan kita akan berbicara layanan yang premium,” ungkap Direktur Penjualan Axis Syakieb A Sungkar, melalui keterangannya, di Jakarta, Kamis (8/12/2011).

“Kala operator memiliki volume pelanggan yang sesuai dengan skala ekonomi tertentu, itu lebih mudah bernegosiasi tidak hanya dengan operator terkait interkoneksi, vendor soal pembelian perangkat, tetapi juga perbankan untuk pembiayaan,” katanya.

Diungkapkannya, kondisi yang terjadi saat ini di industri telekomunikasi Indonesia adalah terlalu banyak pemain yang berujung pada penurunan pada tarif dan Earning Before Interest Tax Depreciation and Amortization (EBITDA).

“Satu-satunya cara untuk selamat adalah adanya cost leadership dan efisiensi. Langkah Axis sudah tepat selama ini untuk berkembang karena efisensi sudah dijalankan mulai dari pengembangan infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM),” katanya.

Berdasarkan catatan, Saudi Telecom Company (STC) sebagai induk usaha Axis memiliki komitmen USD 2 miliar untuk mengembangkan perusahaan. Dana sebesar USD 1 miliar untuk mengembangkan jasa datanya. Sejauh ini sudah dihabiskan USD 300 juta untuk pengembangan data. Sisanya sebesar USD 700 juta akan diinvestasikan dalam jangka waktu 8 bulan ke depan mulai November 2011.

Saat ini Axis memiliki sekitar 15 juta pelanggan. Pendapatan perusahaan di kuartal III/2011 naik 267,9 persen menjadi Rp 943,37 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu. 30 persen dari omset dipasok oleh layanan data. Pada 2012 kontribusi jasa data diharapkan meningkat menjadi 35 persen hingga 40 persen.

“Layanan data masih memiliki potensi yang besar, karena itu akan kami geber terus. Axis tidak menginginkan adanya perang tarif di layanan data ini. Kami hanya melakukan penetrasi pasar sesuai dengan langkah dari awal kala memasuki pasar seperti yang saya paparkan tadi,” kilahnya.